Ubah Kulong Tambang Jadi Sumber Penghidupan, Dosen Polman Negeri Babel Ciptakan Mesin Kontrol Air Berbasis IoT
Inovasi luar biasa datang dari dosen-dosen Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (Polman Babel) yang berhasil menciptakan mesin berbasis Internet of Things (IoT) untuk memantau kualitas air secara real-time di kolong bekas tambang timah yang kini dialihfungsikan menjadi kolam budidaya ikan air tawar, Jum'at (23/05/2025).
Penemuan ini dinilai sebagai terobosan penting. Pasalnya, ribuan kolong bekas tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berkat teknologi ini, kolong yang dulunya dianggap sebagai beban lingkungan kini berpotensi menjadi ladang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.
Mesin pintar ini dikembangkan oleh Tim Peneliti Berdikari Polman Babel yang terdiri dari Eko Sulistyo, M.T., Indra Dwisaputra, M.T., Ocsirendi, M.T., Ramli, Ph.D., Dewi Tumatul Ainin, M.Si., Martinus Buulolo, S.E., M.M., dan Juanda, M.T. Mereka bersinergi untuk menghadirkan solusi praktis dan berkelanjutan.
Ketua tim, Eko Sulistyo, M.T., menjelaskan bahwa mesin ini dilengkapi dengan sensor digital untuk mengukur pH air, suhu, dan kadar oksigen terlarut.
“Semua data dikirim otomatis ke aplikasi mobile maupun dashboard web. Jika ada anomali, seperti oksigen turun, aerator langsung aktif secara otomatis,” imbuhnya.
Eko juga menambahkan Teknologi ini memberikan kemudahan bagi peternak ikan karena memungkinkan mereka memantau kolam dari mana saja, bahkan membuat keputusan berdasarkan data aktual yang terus diperbarui secara real-time.
“Alat ini mengubah cara kami melihat kolong bekas tambang. Tidak ada lagi spekulasi, semua bisa dipantau dengan akurat dan efisien,” lanjut Eko.
Selain itu, Indra Dwisaputra, M.T., menyebutkan bahwa alat telah diuji di Desa Air Ruai, Kecamatan Pemali. Hasilnya, kualitas air tetap stabil dalam kisaran ideal untuk ikan air tawar.
“pH dijaga di 6.5–8, suhu 26–32 °C, dan kadar oksigen di atas 4 mg/L,” ujarnya.
Hal ini dicetuskan, Ocsirendi.,M.T menceritakan Tak hanya akurat, alat ini juga hemat energi dengan rata-rata konsumsi daya di bawah 100 Watt karena aerator bekerja hanya saat dibutuhkan.
“Selama uji coba, tingkat kelangsungan hidup ikan naik 35%,” ungkapnya.
Tak kalah seru, anggota tim penilti, Dewi Tumatul Ainin, M.Si., menerangkan teknologi ini murah, aplikatif, dan mudah digunakan.
“Mesin ini membuka harapan baru untuk pengelolaan kolong yang produktif sekaligus ramah lingkungan,” tegasnya.
Disamping itu, Ketua Pokdakan mengaku dampak positif mesin ini pun langsung dirasakan oleh petani ikan, kini lebih tenang menjalankan usaha budidaya.
“Dulu ikan sering mati mendadak tanpa sebab jelas. Sekarang, semua lebih terkendali berkat alat dari Polman Negeri Babel ini,” tutupnya.