Polman Negeri Babel Gelar FGD Bahas Bahaya Asbestos di Kampas Rem, Soroti Dampak Kesehatan dan Keamanan
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (Polman Babel) menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada Sabtu,(05/10/2024), untuk membahas dampak berbahaya dari penggunaan asbestos pada kampas rem kendaraan bermotor.
FGD ini menghadirkan narasumber ahli dari berbagai bidang, termasuk perwakilan Yamaha, Honda, pakar kampas rem yang bergabung melalui Zoom dari Bandung, dan perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Bangka.
Acara ini dibuka oleh Indra Dwi Saputra, M.T., Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Polman Babel.
Dalam sambutannya, Indra menekankan peran penting dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam meraih hibah penelitian yang berdampak pada masyarakat, seperti yang diraih oleh tim DR. Sukanto, M.Eng.," tuturnya.
Sanusi, M.Kes., salah satu narasumber, mengingatkan pelaku UMKM dan bengkel sepeda motor untuk lebih selektif dalam memilih kampas rem yang bebas asbestos.
“Asbestos tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan, tetapi juga keselamatan kerja,” ungkapnya.
Arief Wahyudi dari Yamaha menjelaskan bahwa meskipun kampas rem berbahan asbestos dijual dengan harga yang lebih murah, bahan ini memiliki kelemahan dalam ketahanan panas, sehingga cepat rusak. Yamaha sendiri telah menghentikan penggunaan kampas rem asbestos sejak tahun 2006," ucapnya.
Honda, menurut perwakilannya Age Sugiyarto, S.Kom., juga telah menggunakan kampas rem bebas asbestos sejak 2006. Ia menyebut bahwa Honda melayani lebih dari 469.000 motor per tahun di Bangka Belitung, dengan kampas rem non-asbestos yang mampu bertahan hingga 70.000 km," katanya.
Sadiyo, M.T., produsen kampas rem CMH dan BSA, menambahkan bahwa meskipun kampas rem asbestos lebih murah, masa pakainya hanya sekitar 20%-50% dibandingkan kampas rem non-asbestos," sebutnya.
Selain itu, perbedaan fisik antara kedua jenis kampas kini sulit dibedakan karena kemajuan teknologi pewarnaan.
Dari sudut pandang medis, Dr. Liyah Giovana, Sp.P(K) Onk., dari IDI, menjelaskan bahwa asbestos merupakan ancaman serius terhadap kesehatan. Ia mengungkapkan bahwa sekitar 233.000 orang meninggal setiap tahun akibat paparan asbestos, yang dapat menyebabkan mesothelioma.
"Gejala penyakit ini bisa muncul hingga 40 tahun setelah paparan," ujarnya, sembari menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi pekerja.
Saat ditemui, Dr. Sukanto, ketua pelaksana FGD, berharap diskusi ini dapat menghasilkan solusi konkret dari berbagai pihak terkait, termasuk produsen, bengkel, tenaga medis, serta pengguna kendaraan, untuk mendukung penggunaan kampas rem non-asbestos di masa mendatang," tegasnya.
Setelah itu, kegiatan akan ditutup dengan penyerahan suvenir kepada Dr. Liyah Giovana sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam FGD ini," tutupnya.